Wednesday, October 08, 2014
Dampak Dinamika Politik Nasional kepada Dunia Intelijen Indonesia
- Calon nomor 1 dicela dan dicemooh dengan sebutan-sebutan: Si Wowo, Prahara (Prabowo - Hatta Rajasa), Haus Kekuasaan, Tidak Legowo, Anti-Minoritas, Pelanggar HAM, Penculik, Dipecat dari TNI, Gallery of Rogues Kebangkitan Bad Guys, Organized Crime, Trouble Maker, Stop Prabowo Now!, Wowo Gagal Maning Gagal Maning, Anti Kristen, Anti Cina, Emosional, Ultra Nasionalis, Anti Investasi Asing, Politik Dagang Sapi, dst.
- Calon nomor 2 dicela dan dicemooh dengan sebutan-sebutan: Jokoplak (Si Joko Koplak), Capres Boneka, Capres Pembohong, Ir. Herbertus Joko Widodo (Oey Hong Liong), Topeng Pencitraan, Busway Karatan, Antek Asing, Mafia Cina, Sang Pendusta, Partai Salib, Komunis, Antek Zionis, Jokowi Sinting, PDIP Penampung PKI, Jejak Hitam Megawati, Kacung Neolib, Revolusi Mental = Revolusi Komunis, Pendukung Syiah, Tidak Amanah, dst.
Labels: dinamika politik, dunia intelijen, intelijen Indonesia
Lama sekali tak bersua di dunia maya. :)
Saya jadi tertarik menanggapi 'nih.
Pertama, soal "asing"
"asing" tidak terlibat dalam politik Indonesia? Saya melihat justru mereka yang berusaha sekuat tenaga bagaimana caranya agar mereka bisa "menginvasi" Nusantara sedikit demi sedikit.
Intermezzo sedikit, beberapa waktu lalu, saya mendapatkan informasi dari kerabat pengusaha. Ia mengatakan bahwa bos Shell (perusahaan minyak US) berkata bahwa pada tahun xxxx Pertamina takkan bisa bertahan lagi. Analisisnya tentu saja karena Pertamina dari hari ke hari harganya semakin tinggi. Orang akan berpikir "Ah, harga Pertamina sama Shell sama aja, mending gue beli yang kualitas luar negeri"
Itu hanya contoh kecil saja, bos Shell berani berbicara begitu tentu karena dia mendengar 'angin segar' juga dari bosnya yang ada di Amerika, bukan begitu?
Gambaran besarnya adalah, jika dikatakan bahwa "mereka" tidak terlibat dalam politik Indonesia, saya pikir agak mustahil. Karena Indonesia terlalu menguntungkan untuk dilepas. Melalui tangan-tangan para informan dan aset yang andal, mereka akan berusaha setengah mati agar setiap kebijakan politik Indonesia menguntungkan negara mereka. Saya pikir intelijen resmi tahu ini, bukan begitu?
Kedua, soal netralitas intelijen
Saya pikir, yang paling terpenting adalah sebagai anggota intel yang bertanggungjawab harus bisa memisahkan antara pilihan pribadi dengan kepentingan maslahat.
Definisi "netral" kudu diluruskan. Jangan sampai karena kita diperbolehkan mendukung si A ato si B, lalu kita membawa-bawa hal tersebut ke ranah profesional. Ini definisi "netral" yang salah kaprah. Mendukung boleh, tapi jangan dicampur dengan kepentingan orang banyak.
Terakhir, watch out!
Saya melihat perkembangan politik yang terus-terusan panas seperti ini akan semakin mudah dimanfaatkan oleh "mereka". Black ops, false flag, deception, dan segala macam operasi yang akan merugikan negara bisa jadi akan terjadi begitu intens jika dari pihak intelijen juga tidak peka dan malah sibuk mendukung parpol/capres masing2.
Bahkan, tidak menutup kemungkinan akan terjadi konfrontasi fisik jika kita semakin tidak peka. Lihat Jepang, negara yang sekian tahun cuma bisa menganut prinsip self-defense karena Article 9, kini mulai unjuk taring lagi dengan alasan "ada ancaman dari China dan Korut". Shinzo Abe bahkan mulai mempertimbangkan untuk melakukan operasi ofensif sebagaimana yang dilansir di RT.com beberapa waktu ke belakang. Memang belum ada apa-apa sampai detik ini, tetapi ... bagi orang Jepang, kebijakan Abe mungkin sangat mengerikan, mengingatkan warga Jepang pada mimpi buruk di masa lalu.
Kerjaan siapa coba itu? Siapa yang ngompor-ngomporin Jepang untuk kembali menjadi agresif? "Mereka".
Itu hanya contoh kecil saja yang dialami oleh tetangga kita. How about us? Could it be worse? Yes, bisa saja lebih buruk karena kita sedang berada dalam kondisi yang sangat fragile, pecah karena Jokowi vs Prabowo; KMP vs KIH; PDIP vs Gerindra; dll.
Tidak hanya itu, muncul juga beberapa masalah sipil seperti FPI vs Ahok,
Islam vs humanis, agamis vs atheis, isu Kalimantan mau mendirikan negara sendiri, dll yang Kesemuanya pada akhirnya bermuara pada masalah politik.
Satu operasi hitam saja dijalankan and BOOM, chaos would spread, fear would conquer. So, once again, watch out. Never underistimate your opponent.
Ini hanya pandangan amatir saja.
Bisa jadi saya salah.
Tapi, apa salahnya memberi warning kepada sesama?
Warning tidak harus menjadi nyata, tetapi setidaknya kita prepare
Salam,
Bunglon Hitam
Semoga tidak terjadi Bung, memang sudah ada benih2 untuk itu.
Di salah satu kelompok media elektronik, saya melihat seperti digodok bahwa pelantikan presiden akan mendapat halangan dari pihak DPR/MPR.
Takut saya ini akan digoreng terus dan para "rakyat" yg mendukung akan mengambil tindakan yg keras.
Seperti ingin membenturkan dari kedua pihak, itu yg mungkin diinginkan.
Semoga pihak inteligen sudah mempersiapkan semuanya, termasuk antidot pengelesaiannya.
Salam,
KB
Semoga tidak sampai seperti itu, walaupun benih2 itu sudah mulai tampak.
Disalah satu grup media elektronik bahwan sudah digoreng, bahwa pelantikan presiden terpilih akan mendapat tentangan oleh pihak DPR/MPR.
Itu terus yg ditampilkan dalam seharian, walaupun tidak 100%. Tetapi saya takut, apabila "pihak" yg kurang bisa menerima terus - menerus diperlihatkan seperti itu dan ditelan mentah2.
Bisa berbahaya bagi NKRI dengan kondisi seperti itu.
Apa tidak ada usaha dari pihak inteligen melalui KPI untuk memperingatkan hal tersebut?
Disini saya menulis bukan karena saya berdiri dipihak KMP ataupun sebaliknya, saya netral.
Saya disini menulis karena saya tidak ingin Indonesia di obok2 oleh pihak lain melalui para aset atau apalah itu namanya.
Saya harapkan pihak inteligen sudah mempersiapkan antidotnya apabila sudah mengarah ke arah tersebut.
Salam,
KB
membaca raha pergerak mass media tentulah itu suatu operasi agitop. berdasarkan sejaraha di era 50 an bukan kah demikian pak senopati. adanya beberapa "BLOK" yang memulai infiltrasi dan penyusupan telah jelas bahwa pergerakan mereka ke arah mana bisa di tebak "sekalipun harus merab raba " dari beberapa pemilu , saya hanya "merasa aneh" di pemilu 2014 ini . kenapa ? karena yang dulu saja "sukses dilaksanakan " tanpa ada rasa "paranoid berlebihan " mereka jelas mencoba menghasut dan mempropaganda agar terjadi pertumpahan darah sesama putra bangsa . tentulah ini yang harus dicermadi , agar putra bangsa saling meningatkan . terutama 'paradigma " putra bangsa yang teracuni oleh media . sudah sepantasnya saling bersatu dan menunju suatu ketahanan nasional demi satu tujuab "ganyang Mereka"
maaf jika analisis saya sebagai masyarkat awam terlalu dangkal .
dan tetap #IndonesiaRaya
-Kucing schrodinger -
<< Home